|ATANG SENDJAJA
|AIR FORCE BASE

Helikopter NAS-332 H-3213 Skadron Udara 6 Wing Udara 4 Lanud Atang Sendjaja Bogor, Rabu (6/3), telah membantu pelaksanaan pelepasliaran 2 Harimau Sumatera yang diberi nama “Beru Situtung” dan Ambar”.
Ke-dua Harimau tersebut berasal dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara.
Tim “Cougar” dipimpin Mayor Pnb Nurfi A.M (Instrukur Pilot), dengan anggota misi Lettu Pnb Bashofi (Captain Pilot), Serka Marsito (JMU 1), Sertu Agung (JMU 2), dan Pratu Rifai (Mekanik), sedangkan on ground di Lanud Soewondo Lettu Pnb Jagad (Co Pilot), Sertu Jabat (Specialist), dan Pratu Riki (Mekanik).
Sortie pertama, dengan rute Lanud Soewondo, Lubuk Tanggok, Yonmar-Lubuk Tanggok, Lanud Sowondo, membawa 2 Harimau Sumatera dalam kandang, yang akan dilepasliarkan ke Hutan Lubuk Tanggok. Turut serta dalam penerbangan ini antara lain; Kadispotdirga Lanud Sowondo, dan Tim BKSDA Sumatera Utara (Drh Anhar Lubis, Drh Rosa, Drh Fatima Sari).
Sortie kedua melaksanakan dukungan “Pull Out” personel yang terlibat, dan perlengkapan komunikasi, dengan rute Lanud Sowondo – Lubuk Tanggok – Lanud Sowondo.
Sekilas sejarah ke-dua harimau Sumatera yang dilepasliarkan tersebut.
Harimau Sumatera (HS) “Ambar” merupakan satu individu satwa harimau Sumatera yang ditangkap dengan menggunakan kandang jebak yang dipasang oleh Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara dan mitra.
Satwa tersebut ditemukan masuk dalam kandang jebak pada tanggal 21 Desember 2022 di dusun Aras Napal, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Pemasangan kandang jebak ini dilaksanakan untuk mengatasi interaksi negatif satwa harimau dan manusia di lokasi setempat, karena adanya laporan satwa harimau Sumatera berkeliaran di sekitaran kampong, mengejar ternak warga hingga masuk ke areal rehabilitasi primate/Sumatran Rescue Alliance (SRA) yang dikelola YOSL-OIC.
Kehadiran Harimau “Ambar” di pemukiman dan jalan menuju Sekolah Alam Leuser (SAL), mengakibatkan murid murid SAL harus didampingi petugas BBKSDA Sumut dan anak sekolah selama sekiyar empat bulan.
Disamping itu untuk beberapa waktu masyarakat tidak berani ke ladang, sehingga menimbulkan kerugian material bagi masyarakat. Oleh karena itu untuk menjaga keselamatan masyarakat dan harimau, maka dilakukan rescue dengan menangkapnya untuk selanjutnya akan dilepasliarkan.
Selanjutnya, satwa di dititipkan untuk dirawat sementara di instalasi kandang SRA (Sumatran Rescue Alliance) yang berada di Desa Bukit Mas.
Pada tanggal 27 Januari 2023, satwa dipindahkan dari SRA ke Suaka Satwa (sanctuary) harimau Sumatera di Barumun Nagari Kabupaten Padang Lawas Utara, untuk perawatan dan observasi lebih lanjut. Pertimbangan dipindahnya “Ambar” karena untuk mendapatkan kandang yang layak sambil menunggu pelepasliaran dan agar satwa yang berada di SAR tidak mengalami stress karena keberadaan top predator disekitarnya.
Harimau “Ambar” berjenis kelamin betina dengan perkiraan umur berkisar 4,5 – 5 tahun yang merupakan golongan usia dewasa pada satwa harimau sumatera.
Pada pemeriksaan tanggal 27 Desember 2022 di SRA Besitang, diperoleh bobot satwa 75,8 kg dengan panjang individu (ujung hidung – ekor) 234 cm dan tinggi (tapak depan – bahu) 88 cm. Kondisi fisik satwa tergolong sedang, temperamen agresif, serta tampilan luar dan rambut terlihat baik.
Nama “Ambar” diambil dari nama Ketua Darma Wanita KSDAE (Istri dari Bapak Plt. Dirjen KSDAE yang juga sebagai Sekretaris Jenderal KLHK).
Menilik dari kemampuan “Ambar” berburu di kandang Sanctuary harimau dan temperamen yang agresif, serta baru 1 (satu) tahun berada di dalam kandang, diindikasikan belum mengikis insting dan kemampuan untuk hidup di habitat alaminya, sehingga satwa ini masih memiliki peluang yang besar bertahan hidup di habitat alaminya jika dilepasliarkan.
Dengan demikian “Ambar” Layak untuk dilepasliarkan ke habitat alami harimau Sumatera.
Tim Medis yang memeriksa “Ambar” saat pasca evakuasi antara lain;
drh. Anhar Lubis (Dokter Hewan)
drh. M. Agung M.T. (Dokter Hewan )
drh. Fatimah Sari (Dokter Hewan BBKSDA Sumut)
drh. Evi Fitriana (Dokter Hewan SRA).
Sedangkan Harimau Sumatera “Beru Situtung”
Harimau sumater “Beru Situtung” adalah harimau betina dengan perkiraan umur 3-4 tahun korban interaksi negatif antara manusia dan harimau sumatera di kawasan Hutan Lindung Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Pada tanggal 1 Februari 2023, “Beru Situtung” menyerang dan menyebabkan terlukanya 2 (dua) orang warga Desa Ladang Teungoh, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan dan 1 (satu) individu harimau Sumatera yang mengalami luka disebabkan upaya pertahanan diri secara spontan yang dilakukan oleh warga yang terluka tersebut.
Menindaklanjuti interaksi negatif yang terjadi tersebut, tim yang terdiri dari BKSDA Aceh (Resor Konservasi Wilayah Tapak Tuan-Aceh Selatan), BBTNGL, UPTD KPH Wilayah VI, serta didukung TNI, Polri, aparat kecamatan/desa dan NGO (FKL dan WCS) melakukan upaya penanganan baik terhadap warga/masyarakat maupun harimau sumatera itu sendiri.
Pada hari Sabtu tanggal 4 Februari 2023 sekira pukul 10.00 wib, Kepala Resor Konservasi Wilayah Tapak Tuan-Aceh Selatan, BKSDA Aceh melaporkan bahwa harimau Sumatera telah masuk ke dalam kandang jebak dalam rangka upaya penyelamatannya.
Berdasarkan hasil observasi tim medis yang dilakukan oleh dokter hewan BKSDA Aceh yang didukung dokter hewan FKL pada tanggal 5 Februari 2023, harimau Sumatera berjenis kelamin betina dengan perkiraan umur + 3-4 tahun, terdapat luka sayat/invictum dengan kondisi parah sebanyak 4 titik luka pada tubuh harimau, yaitu bagian punggung, rahang, pipi dan kepala.
Tim medis telah melakukan upaya penanganan luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh harimau sumatera tersebut dan pengambilan sampel darah serta sampel swab untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah dan pemeriksaan CDV (Canin Diatemper Virus).
Saat ini tim medis terus melakukan perawatan dan pemantauan harimau sumatera yang ditempatkan di kantor Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tapak Tuan-Aceh Selatan, BBTNGL sampai kondisinya pulih dan siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
Pada tanggal 8 April 2023 Beru Situtung dipindahkan ke Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun untuk dilakukan observasi/kajian perilaku. Dari hasil observasi selama perawatan, perilaku Beru cenderung tidak takut dengan manusia, oleh sebab itu Beru Situtung dipindahkan ke Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun untuk dilakukan kajian perilaku. Selama di suaka satwa Barumun, tingkat agresivitasnya mulai meningkat.
Beru Situtung merupakan nama pemberian dari masyarakat Pasie Raja, hal ini menunjukkan kepedulian dan penghormatan masyarakt kepada “sang top predator” tersebut.
Kegiatan pelepasliaran “Ambar dan Beru Situtung” berjalan lancar dan aman.





