|ATANG SENDJAJA
|AIR FORCE BASE

CIPTA SILA SANCAYA DHARMA

Letnan Kolonel Pnb Boy Nanang N. H., S.I.P.
Komandan Skadron Udara 8
Letnan Kolonel Pnb Boy Nanang N. H., S.I.P., Lahir di Ngawi pada tanggal 6 November 1984. Beliau merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan dilantik sebagai Letnan Dua pada Tahun 2006. Selanjutnya mengikuti Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI Angkatan Udara Angkatan ke 76 pada Tahun 2008, Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau) Angkatan ke 99 pada Tahun 2016 dan mengikuti pendidikan setara Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara (Seskoau) yaitu Sespimen Polri angkatan ke 62 pada tahun 2022. Pada tanggal 10 April 2025 dilantik menjadi Komandan Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja sampai sekarang.
Sejarah Singkat
Skadron Udara 8 disingkat Skadud 8 adalah Skadron Udara Helikopter dibawah Komando Wing Udara 4 Lanud Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skadron 8 dibentuk bersamaan dengan diresmikannya Wing Operasi 004 pada 25 Mei 1965 dan ber-home base di Lanud Atang Sendjaja Bogor dan mengoperasionalkan jenis Helikopter MI-6. Karena keterbatasan suku cadang maka akhirnya Skadron Udara 8 dibekukan. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/22/V/1981 Tanggal 20 Mei 1981 dan Instruksi Kasau Nomor Ins/12/VI/1981 Tanggal 14 Juni 1981, Skadron Udara 8 dihidupkan lagi dengan kekuatan pesawat SA-330 Puma.
Skadron Udara 8 berdiri seiring dibentuknya Wing Operasi 004 (Wingops 004) yang membawahi Skadron Udara 6 dengan pesawat Mi-4 dan Skadron Udara 7 pesawat Mi-4 dan SM-1. sedangkan Skadron Udara 8 pertama kali menggunakan pesawat jenis Mi-6 buatan USSR (Soviet). Pesawat Helikopter angkut berat dengan kemampuan muat barang seberat 12.000 Kg, dengan rekor muat barang mencapai 20.117 Kg dan mempunyai 120 tempat duduk terpasang serta memiliki kecepatan jelajah 250 Km/Jam dengan jumlah awak lima orang. Helikopter Mi-6 datang ke Indonesia tahun 1960-an diangkut menggunakan kapal laut dan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dalam bentuk tidak utuh. Dari Tanjung Priok diangkut ke Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Cililitan (Lanud Halim Perdanakusuma) untuk dirakit ulang dan siap diterbangkan yang dipimpin oleh Kapten Udara Atang Sendjaja. Seiring dengan waktu dan penggunaan jam terbang serta kesulitan pengadaan suku cadang, maka semua jenis pesawat helikopter buatan Eropa Timur akhirnya lumpuh tidak dapat dioperasikan lagi yang berujung dengan dibekukannya Skadron Udara 8.
Pada bulan Mei 1978 TNI AU merealisasikan pengadaan pesawat SA-330 Puma buatan Prancis sebanyak enam unit untuk menggantikan pesawat-pesawat buatan Eropa Timur. Pada tahun 1980 sebanyak lima unit yang langsung diterbangkannya dari Prancis dengan rute (Paris-Abu Dhabi-Islamabad-Colombo-Medan-Jakarta). Sesuai Skep/22/V/1981 Tanggal 20 Mei 1981, diambil keputusan mengaktifkan kembali Skadron Udara 8 Angkut Berat yang lebih satu dasawarsa mengalami pembekuan dan ditunjuk Letkol Pnb Suparman menjadi Komandan Skadron. Pada Tahun 1982 bertambah lagi lima pesawat SA-330 Puma Puma buatan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), serta bulan Februari 1985 didatangkan dua unit Puma yang kemudian dimodifikasi menjadi Helikopter VIP dengan nomor registrasi (HT-3317 dan HT-3318).
Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi dan tantangan tugas yang diemban oleh Skadron Udara 8, tidak hanya lagi sebagai peran SAR Tempur atau Combat Rescue melainkan berkembang sesuai peran helikopter Multi Role Heavy Combat Helicopter. Dimana tugas Skadron Udara 8 berkembang dalam Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam menjawab kemajuan teknologi dan tantangan tugas diatas, hadirlah helikopter terbaru EC-725 Caracal buatan Airbus Helicopter, Prancis di penghujung tahun 2016 sebanyak enam unit helikopter. Helikopter ini mampu menjawab berbagai dinamika dan tantangan penugasan Skadron Udara 8 yang dinamis dengan kemampuannya sebagai Multi Role Heavy Combat Helicopter dengan kemampuan angkut sebesar 11.000 kg atau 11 ton, kemampuan jelajah mencapai 175 knots atau 324 km/jam, misi siang dan malam hari menggunakan Night Vision Goggles dan bantuan tembakan udara menggunakan window gun dan rocket launcher. Helikopter EC-725 Caracal juga mampu mengangkut barang dengan teknik sling load seberat 3,8 ton.
Dengan kemampuan teknik sling load tersebut, Skadron Udara 8 yang mengoperasikan helikopter EC-725 Caracal dipercaya untuk melaksanakan misi Giant Flag dengan mengibarkan bendera merah putih raksasa terbang melintas di depan Istana Negara dalam perayaan HUT Negara Republik Indonesia setiap tahunnya.
Di penghujung tahun 2023, Skadron Udara 8 kembali mendapat kepercayaan untuk mengoperasikan helikopter terbaru delapan unit helikopter H225M Caracal buatan Airbus Helicopter, Prancis. delapan unit helikopter tersebut tiba di rumah barunya “Home of Puma and Caracal” menambah kekuatan helikopter Skadron Udara 8 yang sebelumnya berjumlah enam unit helikopter menjadi empat belas unit helikopter secara keseluruhan.
Dengan kesiapan helikopter terbaru yang mumpuni, Skadron Udara 8 telah banyak melaksanakan misi OMP dan OMSP baik dalam maupun luar negeri. Di luar negeri Skadron Udara 8 mengerahkan 1 unit helikopter H225M Caracal melaksanakan misi kemanusiaan penanggulangan bencana alam Badai Tropis Kristine di Filipina pada bulan Oktober 2024.
Senantiasa berkembang dalam setiap penugasan, menjadi pedoman Skadron Udara 8 dalam menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia. “Cipta Sila Sancaya Dharma”.